Selasa, 03 Mei 2011

Pragmatik

PRAGMATIK:
Analisis Tindak Tutur Perlokusi dan Ilokusi
Dalam Sebuah Iklan Susu “kita kan udah manis


Diah R Mardhiyah
0808459

Abstrak
Pada bahasa iklan, para produsen bebas menggunakan bahasa sesuka mereka untuk menarik pemirsa atau pembaca agar produk yang diiklankan itu laku. Dengan kejadian itu mungkin saja efek bahasa pada iklan yang digunakan oleh produsen untuk memasarkan dagangannya yang memiliki daya pengaruh berbeda kepada manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, bahasa yang terdapat pada iklan dapat mengandung tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Hal ini dapat terjadi karena di dalam mengatakan suatu kalimat, seorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan kalimat itu, akan tetapi ada makna di dalam pengucapan kalimat yang menandakan sesuatu. Pada umumnya iklan dirancang sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen agar membeli atau menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan, Hal ini berpengaruh terhadap keragaman jenis tuturan yang digunakan.
The language of advertising, the producers are free to use language as they like to attract viewers or readers for the advertised product was sold. With events that might have the effect of language in advertisements used by manufacturers to market their wares, which have the effect of different to humans that one with another human being, the language contained in the ad to contain speech acts lokusi, ilokusi, and perlokusi. This can happen because in the states of a sentence, a not merely stating something with that sentence, but there is meaning in the spoken sentence that signifies something. In general advertising designed to attract consumers to buy or use goods or services offered, this contributes to the diversity of  types of  utterances used.


Kata Kunci: pragmatik, bahasa, linguistik, lokusi, ilokusi, perlokusi, “kan kita udah manis”, asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklarasi, interaksi, deklaratif, interogatif, imperatif, prinsip sopan santun, prinsip kerja sama, prinsip menyenangkan.

Pendahuluan
Dalam kehidupan di masyarakat, manusia pasti melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya dan tidak bisa lepas dari bahasa. Bahasa lisan maupun tulisan digunakan manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi secara langsung misalnya ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Sedang yang melalui media, contoh iklan ditelevisi, siaran diradio, surat kabar, dan lain-lain. Bahasa lisan, khususnya yang berupa tindak ujar atau tindak tutur dapat menimbulkan efek bagi penutur bahasa. Efek yang ditimbulkan oleh bahasa terhadap penutur adalah suatu tindakan tertentu sebagai umpan balik. Iklan merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan atau pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di media massa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999 : 322). Kajian pragmatik tentang tindak tutur sangat menarik untuk dilakukan, khususnya tindak tutur dalam iklan ditelevisi, khususnya pada iklan sebuah produk susu “kan kita udah manis”,ditemukan seperti tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi.
Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi antara produsen dan konsumen. Tujuan sebuah iklan adalah untuk memperkenalkan dan menawarkan produk. Pada umumnya iklan dirancang sedemikian rupa untuk menarik perhatian konsumen agar membeli atau menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan. Untuk itu, peran bahasa sangatlah penting. Dengan bahasa yang menarik, indah dan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai akan lebih mudah dimengerti. Bahasa di dalam iklan radio dan televisi selama ini yang disiarkan dan ditayangkan tidak bisa lepas dari tindak tutur atau tindak ujar sebagai alatnya.Bahasa yang digunakan dalam dialog iklan produk susu “kan kita udah manis” dibuat menarik agar menimbulkan daya pengaruh bagi pendengar. Kesan itulah yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji pemakaian bahasa pada iklan produk susu “kan kita udah manis”. Selain itu kata “manis” pada iklan tersebut memiliki arti yang ambigu.
Penelitian terhadap dialog iklan produk susu “kan kita udah manis” dilakukan untuk membahas penggunaan tindak tutur dengan mengidentifikasi tindak tutur yang digunakan dalam dialog iklan tersebut, selain itu juga agar para konsumen menjadi lebih tahu makna dari produk iklan tersebut.
Sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah tuturan ilokusi dan perlokusi dari percakapan yang terdapat dalam iklan produk susu “kan kita udah manis” dapat  memengaruhi/menarik konsumen untuk membeli produk tersebut?”

Landasan Teori
Kridalaksana (1993 : 21) mengungkapkan batasan dalam kamus linguistik, bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Definisi ini serupa dengan yang ada dalam Keei (1995 : 66) yang mendefinisikan bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang bersifat sewenang – wenang dan konvensional dan dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa yang memiliki berbagi cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Keempat cabang linguistik yang pertama mempelajari struktur bahasa secara internal, sedangkan pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana kesatuan bahasa itu digunakan (Wijana, 1996 : 1).
Menurut Leech (1993 : 54) pragmatik adalah ilmu yang mengkaji bahasa untuk menentukan makna-makna ujaran yang sesuai dengan situasinya. Sementara itu, dalam international pragmatic association, pragmatik adalah ilmu yang mengkaji bahasa yang dikaitkan dengan seluk beluk penggunaan bahasa dan fungsinya (Soemarno, 1987 : 1). Pragmatik menurut Parker adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal yakni bagaimana kesatuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijaya, 1996 : 3).

Peristiwa Tutur, Tindak Tutur, dan Bentuk Tuturan
Ø  Peristiwa Tutur
Yang dimaksud dengan peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Jadi, interaksi yang berlangsung antara pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang pengadilan, dan sebagainya.
Seperti yang dikatakan oleh Hymes (1972), seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan akan menjadi akronim SPEAKING. Penjelasan delapan komponen itu sebagai berikut :
·           Setting and scene. Dari sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tuturan berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan.
·           Participant adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa pembicara dan pendengar, penayapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan.
·           Ends merujuk pada maksud dan tujuan petuturan. Perisitwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus, perkara, namun pada partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan berbeda.
·           Act sequence menace pada bentuk ujaran dan isi ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakannya, dan hubungannya antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
·           Key mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan dengan senang hati, dengan singkat, dengan sombing, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat.
·           Instrumentalismengacu pada norma atau aturan dan berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya.
·           Norm of interaction and interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.
·           Genre mengacu pada jenis bentuk penyampaian seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

Ø  Tidak Tutur
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 1058), tindak diartikan sebagai langkah atau perbuatan, sedangkan tutur diartikan ucapan, kata, perkataan (1999 : 1090). Dari dua pengertian tersebut tindak tutur dapat diartikan sebagai perbuatan memproduksi tuturan atau ucapan. Oleh Tarigan dijelaskan (1986 : 36) bahwa tindak tutur atau tuturanyang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan. Ucapan dianggap suatu bentuk kegiatan atau suatu tindak ujar. Berkenaan dengan ujaran, jenis tindak tutur yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Austin dan Searle. Austin (dalam Leech terjemahan Oka 1993:316) mengemukakan 3 jenis tindakan yaitu, tindak lokusi atau locutionary act, ilokusi atau  ilocutionary act, dan perlokusi atau  perlocutionary act.
·         Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu (Ruston 1999:36-37). Merupakan tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu kata dengan makna di dalam kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya.
·         Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat diidentifikasikan sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijaya 1996: 18). Beberapa verbal yang menandai tindak tutur ilokusi, yakni, mengucapkan selamat, bertanya, menyarankan, berterima kasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan sebagainya. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasikan karena tindak tutur ilokusi berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa dan kapan atau dimana tindak tutur itu dilakukan. Pada tindak tutur ilokusi perlu disertakan konteks tuturan dalam situasi tutur.
·         Tindak tutur perlokusi adalah tuturan atau ujaran yang diucapkan oleh penutur yang mempunyai efek atau daya pengaruh terhadap mitra tutur. Tindak tutur yang pengujarnya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah yang merupakan tindak perlokusi (Rustono 1999:38). Untuk memudahkan identifikasi ada beberapa verba yang memadai tindak tutur perlokusi, antara lain, membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian, dan sebagainya. Tindak tutur perlokusi juga dapat menghasilkan efek atau daya ujaran terhadap mitra tutur hasilnya rasa khawatir, rasa takut, cemas, sedih, senang, putus asa, kecewa, dan sebagainya.

Klasifikasi yang dibuat Austin menjadi dasar pengembangan teori tindak tutur. Searle membuat klasifikasi tindak tutur dengan teori Austin sebagai dasarnya. Searle mengembangkan teori yang terpusat pada ilokusi. Pengembangan tersebut didasarkan tujuan dari tindak dan pandangan penutur, dan terdapat lima jenis tuturan ilokusi, yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif dan deklarasi.
·      Asertif (Assertives): pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang     diungkapkan, misalnya, menyatakan, mengusulkan, membuat, mengeluh,     mengemukakan pendapat, dan melaporkan.
·      Direktif (Directives): ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan     yang dilakukan oleh penutur; misalnya, memesan, memerintah, memohon, menuntut,     dan memberi nasihat.
·      Komisif (Commissives): pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikat pada suatu     tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkan. Jenis ilokusi ini     cenderung berfungsi menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif karena tidak     mengacu pada kepentingan penutur, tetapi pada kepentingan petutur (mitra tutur).
·      Ekspresif (Expressive): fungsi ilokusi ini ialah mengungkap atau mengutarakan sikap     psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya:     mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji,     mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.
·      Deklarasi (Declaration): berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya     kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya: mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan/     membuang, mengangkat, dan sebagainya.
Menurut Leech, situasi berbeda menuntut adanya jenis-jenis kata kerja berbeda dan derajat sopan santun yang berbeda juga. Pada tingkat yang paling umum fungsi ilokusi dapat dibagi menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat.
Klasifikasi fungsi ilokusi Leech adalah sebagai berikut.
1.      Kompetitif (Competitif),  tujuan  ilokusi  bersaing  dengan  tujuan sosial, misalnya:     memerintah,  meminta, menuntut, mengemis.
2.      Menyenangkan (convivial),  tujuan  ilokusi  sejalan  dengan tujuan sosial, misalnya:     menawarkan/mengajak/mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih,     mengucapkan selamat.
3.      Bekerja sama (collaborative), tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya:     menyatakan, melapor, mengumumkan, dan mengajarkan.
4.      Bertentangan (conflictive), tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya:     mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi
Klasifikasi yang dibuat Leech berdasarkan fungsi, sedangkan yang dibuat Searle berdasarkan pada berbagai kriteria. Menurut Leech, klasifikasi Searle juga terdapat pengaruh sopan santun

Ø  Bentuk Tuturan
Bentuk tuturan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu berita (deklaratif), tanya (interogatif), dan perintah (imperatif).
1)   Berita (deklaratif)
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain.
2)   Tanya (interogatif)
Berdasarkan fungsinya, kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan.
3)    Perintah (imperatif)
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat ini mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari lawan bicara.

Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang berkaitan dengan data yang tidak berupa angka-angka tetapi berupa kualitas bentuk-benuk variabel yang berwujud tuturan sebagai data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat individu, keadaan, gejala, dari kelompok tertentu yang diamati (Moleong, 1994;6). Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data penelitian berupa bentuk-bentuk verbal bahasa, yaitu berupa tuturan dalam iklan produk susu “kan kita udah manis”.
Data dalam penelitian ini adalah tuturan yang dinyatakan dalam iklan produk susu “kan kita udah manis” yang mengandung tindak tutur ilokusi dan perlokusi yang diperoleh peneliti dari situs Youtube.Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 Maret 2011 dengan menggunakan teknik simak, teknik rekam, dan teknik catat atau transkip. Teknik simak digunakan untuk menyimak percakapan dalam iklan produk susu “kan kita udah manis”.Setelah melakukan penyimakan dan ditentukan objek yang diamati, peneliti melakukan perekaman, kemudianmelakukan pencatatan (transkipsi), sehingga data yang semula berwujud lisan menjadi data yang berwujud tertulis.
Transkip data tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan ujaran atau tuturan yang termasuk ilokusi dan perlokusi. Kemudian hasil transkrip tersebut diperlihatkan kepada lima orang responden. Para responden diminta membaca transkrip kemudian mengemukakan pendapatnya mengenai feedback setelah melihat iklan produk susu tersebut. Setelah mendengar pendapat para responden dan membandingkannya dengan isi transkrip, penulis dapat membuat kesimpulan. Kesimpulan diambil berdasarkan rangkuman dari pendapat para responden. Kesimpulan juga berisi temuan penulis mengenai fungsi ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam percakapan dari iklan produk susu “kan kita udah manis”.

Deskripsi dan Analisis Data
1.      Transkrip Data
Percakapan dalam iklan produk susu “kan kita udah manis” yang diperankan oleh dua orang anak kecil di bawah usia 2 tahun.
Anak 1: (1) eh..eh..eh..
Anak 2: (2) Hai!
Anak 1: (3) Udah denger belum?
Anak 2: (4) Apaan sih?
Anak 1: (5) Susu kita gulanya banyak!
Anak 2: (6) Susu kamu aja kali, susuku lebih banyak nutrisinya!
Anak 1: (7) Hah?
Anak 2: (8) Gulanya segini (sedikit), nutrisinya seginii (banyak)!
Anak 1: (9) Aduh, salah minum! (memegang kepala)
Anak 2: (10) Susu ga usah manis-manis, kan kita udah manis.....

Berdasarkan transkrip data di atas, tuturan yang termasuk tuturan ilokusi adalah tuturan nomor (5), (6), (7), (10). Tuturan-tuturan tersebut saat dituturkan dibarengi tindakan penutur yang dilakukan untuk memperkuat tuturannya. Jika tuturan-tuturan ilokusi tersebut dianalisis berdasarkan tujuannya (Teori Searle) maka hanya akan timbul dua tujuan dari tuturan ilokusi tersebut, yaitu asertif dan ekspresif.
Tuturan yang termasuk tujuan asertif adalah tuturan nomor (5) dan (6). Tuturan-tuturan tersebut bertujuan menyatakan sesuatu yang disertai bukti dari apa yang dituturkan pembicara. Sehingga isi dari tuturan tersebut adalah kenyataan.
Tuturan nomor (5) menyatakan apa yang terjadi pada penutur sehingga memberikan pernyataan kepada lawan bicaranya, dan tuturan nomer (6) pun merupakan penjelas dari lawan bicara kepada penutur awal, dengan menyatakan bahwa susu yang dia minum tidak mengandung banyak gula tetapi lebih banyak mengandung nutrisi.
Sedangkan tuturan yang termasuk ekspresif adalah tuturan nomor (7) dan(10). Tuturan-tuturan tersebut berisi ekspresi tuturan lawan bicara, yaitu anak 2, ketika menyatakan bahwa nutrisinya lebih banyak daripada gulanya, anak 1 merespon dengan nada kaget, nomor (7). Tuturan nomor (10) adalah pernyataan anak 2 ketika menyebutkan bahwa susu ga usah manis-manis, soalnya mereka udah manis dengan ekspresi yang lucu dan menggemaskan.
Dari segi sopan santun, tuturan ilokusi jenis asertif dapat digolongkan menjadi ilokusi bekerja sama. Sedangkan tuturan ilokusi jenis ekspresif dapat dikategorikan sebagai ilokusi yang cenderung menyenangkan.
Sementara itu, tuturan yang termasuk tindak tutur perlokusi adalah tuturan nomor (8). Tuturan anak 2, nomor (8), ditanggapi anak 1 dengan memegang kepalanya tanda dia kecewa, sehingga respon dari tuturan nomor (8) berupa tindakan.

3.      Pendapat Responden
Penulis meminta lima orang responden untuk membaca transkrip dan menyimak  iklan produk susu “kan kita udah manis”. Responden terdiri dari dua orang ibu yang memiliki balita dan tiga orang yang mempunyai adik balita. Kelima responden tersebut oleh penulis dimintai pendapatnya mengenai isi transkrip dan rekaman video iklan produk susu tersebut
Dari kelima responden tersebut, tiga diantaranya telah menggunakan produk iklan itu. Mereka beralasan hampir sama, selain mengandung lebih banyak nutrisi dibanding produk susu lain, produk ini juga benar-benar rendah gula sehingga tidak membahayakan untuk kesehatan anak dan adik mereka, selain itu menurut mereka iklannya juga menarik. Karena dua orang anak yang memerankan iklan produk tersebut bersikap sangat lucu dan menggemaskan. Yang membuat mereka gemas dengan iklan ini yaitu, diakhir percakapan anak 2 mengatakan, “susu ga usah manis-manis, kan kita udah manis..”.
Sedangkan dua orang yang tidak menggunakan produk ini pun sepakat, bahwa iklan produk susu tersebut sangat menarik, mereka tidak melihat apa yang terkandung dalam susu tersebut dan menarik mereka untuk menggunakan produk tersebut untuk adik mereka. Tapi mereka hanya gemas dengan sikap dua orang anak yang memerankan iklan tersebut dengan lucu dan sangat menggemaskan.


Penutup
1.    Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap transkrip dan video iklan produk susu “kan kita udah manis”, peneliti menemukan empat tuturan ilokusi dan satu tuturan perlokusi. Dari tuturan ilokusi terdapat beberapa tuturan yang termasuk ilokusi asertif dan tuturan yang termasuk ilokusi ekspresif. Apabila dilihat dari segi sopan santun, tuturan ilokusi jenis asertif dapat digolongkan menjadi ilokusi bekerja sama. Sedangkan tuturan ilokusi jenis ekspresif dapat dikategorikan sebagai ilokusi yang cenderung menyenangkan.
Setelah mendengar pendapat dari para responden, dapat dilihat bahwa tuturan-tuturan tersebut (percakapan dalam iklan produk susu “kita kan udah manis”)dapat mempengaruhi konsumen, tetapi tidak semuanya terpengaruh pada isi atau tujuan iklan tersebut tetapi beberapa responden mengaku tertarik karena cara dan kata-kata dalam percakapan tersebut sangat lucu dan menggemaskan, yang didukung oleh akting dua orang anak yang sangat lucu. Sehingga melihat iklan produk ini ada kesenangan tersendiri bagi respponden yang tidak ambil pusing dengan tujuan iklan tersebut.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa daya tarik yang timbul, lebih dipengaruhi oleh akting yang dikombinasikan dengan tuturan-tuturan (dialog) dua orang anak kecil yang memerankan iklan tersebut, bukan karena isi iklan yang bertujuan mempromosikan produknya saja.

2.    Implikasi bagi Pembelajaran
Penulis berpendapat bahwa percakapan dalam iklan produk susu “kan kita udah manis” ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia karena selain bisa dijadikan bahan untuk drama, percakapan dalam iklan tersebut juga terdapat salah satu jenis majas, dan kata yang bersifat ambigu atau bermakna ganda. Jadi, para siswa juga dapat memperkaya pengetahuan bahasanya.
Para siswa dapat diajak memahami konteks pemakaian bahasa, melalui percakapan yang terdapat dalam iklan tersebut. Selain itu, para siswa juga dapat diajak untuk mengenali fungsi-fungsi tuturan (ilokusi dan perlokusi) yang terkandung dalam percakapan tersebut.

Pustaka Acuan
Depdikbud. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Rosidi, Imron. 2009. “Klasifikasi Tindak Tutur”. [Online]. Tersedia: http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/06/ilmu-bahasa.html. [22 Maret 2011]
Syamsudin, A.R. 1992. Studi Wacana Teori-Analisis-Pengajaran.Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP
Tarrigan, Henri Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa
Yule, George.2006. “Pragmatik”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar